PERKEMBANGAN ILMU FILSAFAT PADA ZAMAN YUNANI KUNO
Secara etimologis kata filsafat
dari kata Yunani filosofia, yg berasal dari kata kerja filosofein yang berarti
mencintai kebijaksanaan. Kata filsafat juga berasal dari kata Yunani
philosophis yg berasal dari kata kerja philein yg berarti mencintai / philia yg
berarti cinta, dan sophia yg berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata
Inggris philosophy yg biasa diterjemahkan “cinta kearifan”. Berbicara tentang
kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa
peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani
dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa
Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu
ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Para ahli
pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui
budinya.
1.
PEMIKIRAN PADA
MASA YUNANI KUNO
Pada
masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa
agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu
pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa esensi segala sesuatu
adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales masih dipengaruhi
kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras (572-500 SM) belum
murni rasional. Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang menunjukkan bahwa
ia masih dipengaruhi mitos.
Jadi,
dapat dikatakan bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang
membujuk pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani
bukanlah agama yang berkualitas tinggi. Secara umum dapat dikatakan, para
filosof pra-Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama
asalnya. Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam
berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak
Sokrates (sebagai sang bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan kebenaran
yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan dasar
bagi pendekatan deduktif. Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato, muridnya.
Hidup pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri sebagai “sophis”
(“yang bijaksana dan berapengetahuan”), Sokrates lebih berminat pada masalah
manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang
ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi Yunani).
Seperti
diungkapkan oleh Cicero kemudian, Sokrates “menurunkan filsafat dari langit,
mengantarkannya ke kota-kota, memperkenalkannya ke rumah-rumah”. Karena itu dia
didakwa “memperkenalkan dewa-dewi baru, dan merusak kaum muda” dan dibawa ke
pengadilan kota Athena. Dengan mayoritas tipis, juri 500 orang menyatakan ia
bersalah. Ia sesungguhnya dapat menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota
Athena, namun setia pada hati nuraninya ia memilih meminum racun cemara di
hadapan banyak orang untuk mengakhiri hidupnya. Filsafat pra-sokrates ditandai
oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu.
Tidakkah
di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas?
Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles:
api-udara-tanahair. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir (“panta
rei” = selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru
sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu
itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu sebenarnya
hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya
untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya
tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya. Puncak zaman Yunani dicapai
pada pemikiran filsafati Sokrates (470-399 sM), Plato (428-348 sM) dan
Aristoteles (384-322 sM).
Pada
abad ke-6 SM orang Yunani mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya
harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau
dongeng-dongeng,yang artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak
berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongengdongeng). Setelah abad ke-6 SM muncul
sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya
pertanyaan tentang misteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal
(rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu
kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal
yang sifatnya mitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu
kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep
yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib
The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban
dunia. Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan
antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam
sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah
berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang.
Diantara keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi
dalam mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah
akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira
bertempat di dalam dada.akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang
disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis
yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat
yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang
sofis. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai
pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam
pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada
keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya,
akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas
akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka
menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah
intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat
dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka :
mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1.
Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai
awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut
kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional
sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus
dan lain-lain.
2.
Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat
yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman
hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
3.Pengaruh
ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil,
kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan
sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi
juga aspek teoritis kreatif. Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan
mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat
lahir.
Periode
yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah
dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat
pertanyaanpertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama
dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala
sesuatu yang serba berubah. Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal
dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia
Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha
mencari jawaban tas apa yang ada di belakang semua materi itu.
2.
PERKEMBANGAN FILSAFAT
Masa
Yunani Kuno. Pada tahap awal kelahirannya filsafat menampakkan diri sebagai suatu bentuk
mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh Bangsa Yunani, baru
sesudah Thales (624-548 S.M) mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu,
filsafat berubah menjadi suatu bentuk pemikiran rasional (logos). Pertanyaan
Thales yang menggambarkan rasa keingintahuan bukanlah pertanyaan biasa seperti
apa rasa kopi ?, atau pada tahun keberapa tanaman kopi berbuah ?, pertanyaan
Thales yang merupakan pertanyaan filsafat, karena mempunyai bobot yang dalam
sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang mempertanyakan tentang Apa
sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature of the world stuff ?),
atas pertanyaan ini indra tidak bisa menjawabnya, sains juga terdiam, namun
Filsuf berusaha menjawabnya. Thales menjawab Air (Water is the basic principle
of the universe), dalam pandangan Thales air merupakan prinsip dasar alam
semesta, karena air dapat berubah menjadi berbagai wujud Kemudian silih berganti Filsuf memberikan
jawaban terhadap bahan dasar (Arche) dari semesta raya ini dengan argumentasinya
masing-masing.
Anaximandros
(610-540 S.M) mengatakan Arche is to Apeiron, Apeiron adalah sesuatu yang
paling awal dan abadi, Pythagoras (580-500 S.M) menyatakan bahwa hakekat alam
semesta adalah bilangan, Demokritos (460-370 S.M) berpendapat hakekat alam
semesta adalah Atom, Anaximenes (585-528 S.M) menyatakan udara, dan Herakleitos
(544-484 S.M) menjawab asal hakekat alam semesta adalah api, dia berpendapat
bahwa di dunia ini tak ada yang tetap, semuanya mengalir. Variasi jawaban yang
dikemukakan para filsuf menandai dinamika pemikiran yang mencoba mendobrak
dominasi mitologi, mereka mulai secara intens memikirkan tentang Alam/Dunia,
sehingga sering dijuluki sebagai Philosopher atau akhli tentang Filsafat Alam
(Natural Philosopher), yang dalam perkembangan selanjutnya melahirkan Ilmu-ilmu
kealaman. Pada perkembangan selanjutnya,
disamping pemikiran tentang Alam, para akhli fikir Yunani pun banyak yang berupaya memikirkan tentang hidup kita
(manusia) di Dunia.
Dari
titik tolak ini lahir lah Filsafat moral (atau filsafat sosial) yang pada
tahapan berikutnya mendorong lahirnya Ilmu-ilmu sosial. Diantara filsuf
terkenal yang banyak mencurahkan perhatiannya pada kehidupan manusia adalah
Socrates (470-399 S.M), dia
sangat menentang ajaran
kaum Sofis Yang cenderung
mempermainkan kebenaran,
Socrates berusaha meyakinkan bahwa
kebenaran dan kebaikan sebagai nilai-nilai yang objektif yang harus diterima
dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dia mengajukan pertanyaan pada siapa
saja yang ditemui dijalan untuk membukakan batin warga Athena kepada kebenaran
(yang benar) dan kebaikan (yang baik). Dari prilakunya ini pemerintah Athena menganggap Socrates sebagai penghasut,
dan akhirnya dia dihukum mati dengan jalan meminum racun.
Sesudah
Socrates meninggal, filsafat Yunani terus berkembang dengan Tokohnya Plato
(427-347 S.M), salah seorang murid Socrates. Diantara pemikiran Plato yang
penting adalah berkaitan dengan
pembagian relaitas ke dalam dua bagian yaitu realitas/dunia yang hanya terbuka
bagi rasio, dan dunia yang terbuka bagi pancaindra, dunia pertama terdiri dari
idea-idea, dan dunia ke dua adalah dunia jasmani (pancaindra), dunia ide
sifatnya sempurna dan tetap, sedangkan dunia jasmani selalu berubah. Dengan
pendapatnya tersebut, menurut Kees Berten (1976), Plato berhasil mendamaikan
pendapatnya Herakleitos dengan pendapatnya Permenides, menurut Herakleitos
segala sesuatu selalu berubah, ini benar kata Plato, tapi hanya bagi dunia
Jasmani (Pancaindra), sementara menurut Permenides segala sesuatu sama sekali
sempurna dan tidak dapat berubah, ini juga benar kata Plato, tapi hanya berlaku
pada dunia idea saja.
Dalam
sejarah Filsafat Yunani, terdapat seorang filsuf yang sangat legendaris yaitu
Aristoteles (384-322 S.M), seorang yang pernah belajar di Akademia Plato di
Athena. Setelah Plato meninggal Aristoteles menjadi guru pribadinya Alexander
Agung selama dua tahun, sesudah itu dia kembali lagi ke Athena dan mendirikan
Lykeion, dia sangat mengagumi pemikiran-pemikiran Plato meskipun dalam filsafat,
Aristoteles mengambil jalan yang berbeda (Aristoteles pernah mengatakan-ada
juga yang berpendapat bahwa ini bukan ucapan Aristoteles- Amicus Plato, magis
amica veritas – Plato memang sahabatku,
tapi kebenaran lebih akrab bagiku – ungkapan ini terkadang diterjemahkan bebas
menjadi “Saya mencintai Plato, tapi saya lebih mencintai kebenaran”)
Aristoteles mengkritik tajam pendapat Plato tentang idea-idea, menurut Dia yang
umum dan tetap bukanlah dalam dunia idea akan tetapi dalam benda-benda jasmani
itu sendiri, untuk itu Aristoteles mengemukakan teori Hilemorfisme (Hyle =
Materi, Morphe = bentuk), menurut teori ini,
setiap benda jasmani memiliki dua hal
yaitu bentuk dan materi, sebagai contoh, sebuah patung pasti memiliki
dua hal yaitu materi atau bahan baku patung misalnya kayu atau batu, dan bentuk
misalnya bentuk kuda atau bentuk manusia, keduanya tidak mungkin lepas satu
sama lain, contoh tersebut hanyalah untuk memudahkan pemahaman, sebab dalam
pandangan Aristoteles materi dan bentuk itu merupakan prinsip-prinsip
metafisika untuk memperkukuh dimungkinkannya Ilmu pengetahuan atas dasar bentuk
dalam setiap benda konkrit.
Teori
hilemorfisme juga menjadi dasar bagi pandangannya tentang manusia, manusia
terdiri dari materi dan bentuk, bentuk adalah jiwa, dan karena bentuk tidak
pernah lepas dari materi, maka konsekwensinya adalah bahwa apabila manusia
mati, jiwanya (bentuk) juga akan hancur. Disamping pendapat tersebut
Aristoteles juga dikenal sebagai Bapak Logika yaitu suatu cara berpikir yang
teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab akibat. Dia
adalah yang pertama kali membentangkan cara berpikir teratur dalam suatu sistem, yang intisarinya adalah
Sylogisme (masalah ini akan diuraikan khusus dalam topik Logika) yaitu
menarik kesimpulan dari kenyataan umum
atas hal yang khusus (Mohammad Hatta, 1964). Abad Pertengahan.
Semenjak
meninggalnya Aristoteles, filsafat terus berkembang dan mendapat kedudukan yang
tetap penting dalam kehidupan pemikiran manusia meskipun dengan corak dan titik
tekan yang berbeda. Periode sejak meninggalnya Aristoteles (atau sesudah
meninggalnya Alexander Agung (323 S.M) sampai menjelang lahirnya Agama Kristen
oleh Droysen (Ahmad Tafsir. 1992) disebut periode Hellenistik (Hellenisme
adalah istilah yang menunjukan kebudayaan gabungan antara budaya Yunani dan
Asia Kecil, Siria, Mesopotamia, dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat
ditandai antara lain dengan perhatian pada hal yang lebih aplikatif, serta
kurang memperhatikan Metafisika, dengan semangat yang Eklektik (mensintesiskan
pendapat yang berlawanan) dan bercorak Mistik.
Di
dunia Islam (Umat Islam) lahir filsuf-filsuf terkenal seperti Al Kindi (801-865
M), Al Farabi (870-950 M), Ibnu Sina
(980-1037 M), Al Ghazali (1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198), sementara
itu di dunia Kristen lahir Filsuf-filsuf antara lain seperti Peter Abelardus (1079-1180), Albertus Magnus
(1203-1280 M), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Mereka ini disamping sebagai
Filsuf juga orang-orang yang mendalami ajaran agamanya masing-masing, sehingga
corak pemikirannya mengacu pada upaya mempertahankan keyakinan agama dengan
jalan filosofis, meskipun dalam banyak hal terkadang ajaran Agama dijadikan
Hakim untuk memfonis benar tidaknya suatu hasil pemikiran Filsafat (Pemikiran
Rasional). Masa Modern. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,
tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada
beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya,
meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang
inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat
berbeda itu. Aliran rasionalisme
dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la
Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh
bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis.
Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka
kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan. Tetapi
dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak
dapat diragukan, yaitu "saya ragu-ragu". Ini bukan khayalan, tetapi
kenyataan, bahwa "aku ragu-ragu". Jika aku menyangsikan sesuatu, aku
menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu langsung
menyatakan adanya aku. Itulah "cogito ergo sum", aku berpikir (=
menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. --
Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan "jelas, dan
terpilah-pilah" -- "clearly and distinctly", "clara et distincta".
Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai
benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran. Descartes
menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir,
yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa,
"extention") atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang
seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran
sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan
dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari
Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga.
Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian tegas antara realitas
pikiran dan realitas yang meluas.
Manusia
memiliki keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia
memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat.
Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin
otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin
otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan
buatan). Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya
bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.Aliran empririsme nyata dalam
pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut
dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu
pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan kausalitas. Hume tidak
menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa
ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah
hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan
seperti itu. Misal kualami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar
pengalaman itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya
disebut kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada realitas
kertas, diterima oleh Hume. Namun dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas,
dan bukan yang lainnya? Bagi Hume, "aku" tidak lain hanyalah "a
bundle or collection of perceptions (= kesadaran tertentu)". Kausalitas.
Jika
gejala tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari matahari
menjadi panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman. Pengalaman hanya
memberi kita urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan
sebabakibat. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan harapan kita saja dan
tidak boleh dimengerti lebih dari "probable" (berpeluang). Maka Hume
menolak kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak
melekat pada hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam
adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang "hukum alam" atau
"sebab-akibat", sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan,
yang merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau
perasaan kita saja. Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa
seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada
batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui
persepsi indera kita. Dengan kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba
mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant
berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh.
Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun
dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang
dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut
menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita
tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri"
("das Ding an sich"), namun hanya dunia itu seperti tampak
"bagiku", atau "bagi semua orang". Namun, menurut Kant, ada
dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang
pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita
ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah
cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang
kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang
tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.
Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu
sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini. Filsafat
zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman kuno), atau
Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman modern ada periode yang disebut
Renaissance ("kelahiran kembali"). Kebudayaan klasik warisan
Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan kembali; seni dan filsafat mencari
inspirasi dari sana. Filsuf penting adalah N Macchiavelli (1469-1527), Thoman
Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535) dan Francis Bacon (1561-1626).
Periode kedua adalah zaman Barok, yang menekankan akal budi. Sistem filsafatnya
juga menggunakan menggunakan matematika. Para filsuf periode ini adalah Rene
Descrates, Barukh de Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz
(1646-1710). Periode ketiga ditandai dengan fajar budi
("enlightenment" atau "Aufklarung"). Para filsuf katagori
ini adalah John Locke (16321704), G Berkeley (1684-1753), David Hume
(1711-1776). Dalam katagori ini juga dimasukkan Jean-Jacques Rousseau
(1712-1778) dan Immanuel Kant. Masa kini
(1800sekarang).
Filsafat
masa kini merupakan aneka bentuk reaksi langsung atau taklangsung atas
pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Hegel ingin menerangkan
alam semesta dan gerak-geriknya berdasarkan suatu prinsip. Menurut Hegel semua
yang ada dan semua kejadian merupakan pelaksanaan-yang-sedang-berjalan dari
Yang Mutlak dan bersifat rohani. Namun celakanya, Yang Mutlak itu tidak mutlak
jika masih harus dilaksanakan, sebab jika betul-betul mutlak, tentunya maha
sempurna, dan jika maha sempurna tidak menjadi. Oleh sebab itu pemikiran Hegel
langsung ditentang oleh aliran pemikiran materialisme yang mengajarkan bahwa
yang sedang-menjadi itu, yang sering sedang-menjadi-lebih-sempurna bukanlah ide
("Yang Mutlak"), namun adalah materi belaka. Maksudnya, yang
sesungguhnya ada adalah materi (alam benda); materi adalah titik pangkal segala
sesuatu dan segala sesuatu yang mengatasi alam benda harus dikesampingkan. Maka
seluruh realitas hanya dapat dibuat jelas dalam alur pemikiran ini. Itulah
faham yang dicetuskan oleh Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872). Sayangnya,
materi itu sendiri tidak bisa menjadi mutlak, karena pastilah ada yang-adadi-luar-materi
yang "mengendalikan" proses dalam materi itu untuk materi bisa
menjadilebih-sempurna-dari-sebelumnya. Kesalahan Hegel adalah tidak menerima
bahwa Yang Mutlak itu berdiri sendiri dan ada-diatas-segalanya, dalam arti
tidak dalam satu realitas dengan segala yang sedangmenjadi tersebut. Dengan
mengatakan Yang Mutak itu menjadi, Hegel pada dasarnya meniadakan kemutlakan.
Dalam cara sama, dengan mengatakan bahwa yang mutlak itu materi, maka
materialisme pun jatuh dalam kubangan yang sama. Dari sini dapat difahami munculnya sejumlah
aliran-aliran penting dewasa ini: Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap
manusia, tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis
dan positif ilmiah.
Manusia
muda atau sukusuku primitif pada tahap teologis" dibutuhkan figur
dewa-dewa untuk "menerangkan" kenyataan. Meningkat remaja dan mulai
dewasa dipakai prinsip-prinsip abstrak dan metafisis. Pada tahap dewasa dan
matang digunakan metode-metode positif dan ilmiah. Aliran positivisme dianut
oleh August Comte (1798-1857), John Stuart Mill (1806-1873) dan H Spencer
(1820-1903), dan dikembangkan menjadi neo-positivisme oleh kelompok filsuf
lingkaran Wina. Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh utama Karl Marx,
1818-1883) mengajarkan bahwa kenyataan hanya terdiri atas materi belaka, yang
berkembang dalam proses dialektis (dalam ritme tesis-antitesis-sintesis). Marx
adalah pengikut setia Feuerbach (sekurangnya pada tahap awal). Feuerbach
berpendapat Tuhan hanyalah proyeksi mausia tentang dirinya sendiri dan agama
hanyalah sarana manusia memproyeksikan cita-cita (belum terwujud!) manusia
tentang dirinya sendiri. Menurut Feuerbach, yang ada bukan Tuhan yang mahaadil,
namun yang ada hanyalah manusia yang ingin menjadi adil. Dari sini dapat
difahami mengapa Marx berkata, bahwa "agama adalah candu bagi
rakyat", karena agama hanya membawa manusia masuk dalam "surga
fantasi", suatu pelarian dari kenyataan hidup yang umumnya pahit.
Selanjutnya Marx menegaskan bahwa filsafat hanya memberi interpretasi atas perkembangan
masyarakat dan sejarah. Yang justru dibutuhkan adalah aksi untuk mengarahkan
perubahan dan untuk itu harus dikembangkan hukum-hukum obyektif mengenai
perkembangan masyarakat. [Catatan. Soekarno mengklim telah mencetuskan
marhaenisme sebagai marxisme diterapkan dalam situasi dan kondisi Indonesia.
Kualifikasi "penerapan dalam situasi dan kondisi Indonesia" (apapun
itu) pastilah tidak membuat faham marhaenisme sebagai suatu aliran filsafat dan
pastilah tidak harus sama dengan faham marxisme sebagai diterapkan di dalam
lingkungan masyarakat lain.
Ditangan
Friedrich Engels (1820-1895), dan lebih-lebih oleh Lenin, Stalin dan Mao Tse
Tung, aliran filsafat Marxisme ini menjadi gerakan komunisme, yaitu suatu
ideologi politik praktis Partai Komunis di negara mana saja untuk merubah
dunia. Sangat nyata bahwa dimana saja Partai Komunis itu menjalankan
praktek-praktek yang nyatanya mengingkari hak-hak azasi manusia, dan karena itu
tidak berperikemanusiaan (dan tak ber keTuhanan pula!). Eksistensialime merupakan
himpunan aneka pemikiran yang memiliki inti sama, yaitu keyakinan, bahwa
filsafat harus berpangkal pada adanya (eksistensi) manusia konkrit, dan bukan
pada hakekat (esensi) manusia-pada-umumnya. Manusia-padaumumnya tidak ada, yang
ada hanya manusia ini, manusia itu. Esensi manusia ditentukan oleh
eksistensinya. Tokoh aliran ini J P Sartre (1905-1980), Kierkegaard
(1813-1855), Friederich Nietzche (1844-1900), Karl Jaspers (1883-1969), Martin
Heidegger (18891976), Gabriel Marcel (1889-1973). Fenomenologi merupakan aliran
(tokoh penting: Edmund Husserl, 1859-1938) yang ingin mendekati realitas tidak
melalui argumen-argumen, konsep-konsep, atau teori umum. "Zuruck zu den
sachen selbst" -- kembali kepada benda-benda itu sendiri, merupakan inti
dari pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa adanya.
Setiap obyek memiliki hakekat, dan hakekat itu berbicara kepada kita jika kita
membuka diri kepada gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita "mengambil
jarak" dari obyek itu, melepaskan obyek itu dari pengaruh
pandangan-pandangan lain, dan gejala-gejala itu kita cermati, maka obyek itu
"berbicara" sendiri mengenai hakekatnya, dan kita memahaminya berkat
intuisi dalam diri kita. Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemologi,
psikologi, antropologi, dan studi-studi keagamaan (misalnya kajian atas kitab
suci). Pragmatisme tidak menanyakan "apakah itu?", melainkan
"apakah gunanya itu?" atau "untuk apakah itu?". Yang
dipersoalkan bukan "benar atau salah", karena ide menjadi benar oleh
tindakan tertentu. Tokoh aliran ini: John Dewey (1859-1914). Neo-kantisme dan
neo-thomisme merupakan aliran-aliran yang merupakan kelahiran kembali dari
aliran yang lama, oleh dialog dengan aliran lain. Disamping itu masih ada
aliran filsafat analitik yang menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan
analisis atas konsep-konsep.
Dalam
berfilsafat, jangan katakan jika hal itu tidak dapat dikatakan.
"Batas-batas bahasaku adalah batas-batas duniaku". Soalsoal falsafi
seyogyanya dipecahkan melalui analisis atas bahasa, untuk mendapatkan atau
tidak mendapatkan makna dibalik bahasa yang digunakan. Hanya dalam ilmu
pengetahuan alam pernyataan memiliki makna, karena pernyataan itu bersifat
faktual. Tokoh pencetus: Ludwig Wittgenstein (1889-1952). Akhirnya sejak 1960
berkembang strukturalisme yang menyelidiki pola-pola dasar yang tetap yang
terdapat dalam bahasa-bahasa, agama-agama, sistem-sistem dan karyakarya
kesusasteraan.
3.
PENDAPAT PARA AHLI
1.
Thales (625-545 SM) Nama Thales muncul atas
penuturan sejarawanHerodatus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari
tujuh orang yang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan
gelar The Father of Filoshopy.juga menjadi penasihat teknis ke-21 kota lonia.
Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585
SM. Thales berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air. Thales
mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat
dasar dan struktur komposisi daria alam semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia
mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga
mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat, bahwa
bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari. Dengan demikian, Thales
merupakan ahli matematika yang pertama dan juga The Father of Deductive
reasoning (bapak penalaran deduktif). Dalam sejarah Matematika, Thales dianggap
sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur
banjir, yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah
satunya : bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama
besarnya.Walaupun pandangan –pandangan Thales benyak yang kurang jelas, akan
tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih sanagt sederhana
dengan menggunakan rasio(akal pikiran).
2.
Anaximandros (640-546 SM) Anaximandros adalah
orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan
berjasa dalam bidang astronomi, geografi,sehingga ia sebagai orang pertama yang
membuat peta bumi.ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru
di Apollonia, Yuanani. Anaximandros mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah
zat yang tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinami to apeiron.adapun anaximenes
(590-528) mengatakan bahwa intisari alam atau dasarnya pertama adalah
udara.karena udaralah ynag meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang
menjadikan dasar hidup bagi manusia yang mat diperlukan oleh nafasnya.
Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan
ada dengan sendirinya (Mayer,1950:19).anaximander menagatakan itu udara. Udara
merupakan segala sumber kehidupan , demikian alasannya.
3.
Pythagoras (± 572-497 SM) Mengenai riwayat
hidupnya , ia dilahirkan di pulau Samos, Lonia.tanggal dan tahunnya tidak
diketahui pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang
perlu diketahui Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian. Menurut Aristoxenos
seorang murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke kota kroton, Italia Selatan
karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di
kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun di kroton, kemudian
pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini. Pemikirannya , substansi dari
semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan
inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dasar pokok dari
sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah jagat
raya).pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan
dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah
asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna.
Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik
dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa
tuhan adlah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia mengemukakan pendapat
bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan yang tak dapat mati,
yang masih terus ada , jika manusia sudah tak ada. Manusia menurut Pythagoras
mempunyai jiwa dan jiwa itu sekarang terhukum dan terkurung dalam badan. Maka
dari itu, manusia harus membershkan diri untuk melepaskan dirinya dari kurungan
dan dengan demikian dapatlah ia masuk ke dalam kebahagiaan. Pythagoras yang
mengataka pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang
teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Sehingga ia juga dikenal sebagai
ahli ilmu pasti dan juga ahli musik. Dia berpendapat bahwa keharmonisan dapt
tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti :
-Terbatas
– tak terbatas
-Ganjil – genap
-Satu – banyak
-Laki-laki – perempuan
-Diam – gerak
Dan lain-lain
menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja,
oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales,
akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian
istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah
cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis dan
singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau
kebijaksanaan (Love of Wisdom).
4.
Xenophanes (570 - ? SM) Xenophanes lahir di
Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Ia lebih
tepat dikatakan sebagi penyair dari pada ahli pikir (filosof), hanya karena ia
mempunyai daya nalar yang kritis yang mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat
pada saat tu. Namanya menjdai terkenal arena untuk pertama kalinya ia
melontarkan anggapan bahwa adanya konflik
antara pemikiran filsafat (rasional)dengan mitos. Pendapatnya yan
termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya
antromorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan
diganbarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu memilki
kecendrungan berfikir dan lainlainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal
dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai
jumlah yang banayk dan menekankan atas keeasaan Tuhan. Kritik ini ditujukan
kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi.
5.
Heraclitos (535 – 475 SM) Heraclitos lahir di
Epesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan merupakan kawan dari
Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih tua. Ia mendapat julukan si
gelap karena untuk menulusuri gerak pemikirannya sangat sulit. Hanya dengan
melihat fragmen-fragmennya , ia mempunyai kesan hati yang tinggi dan sombong ,
sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh,
juga mencela orang –orang yang terkemuka di Yunani. Pemikiran filsafatnya
terkenal dengan filsafat menjdai. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang
ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal :
Panta rhei kai uden menci yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus
sungai dan tudak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alsannya,
karena air sungai yang pertama telah mengalir , berganti dengan air yan berada
di belakanganya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap,
semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah
menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi. Menurut Heraclitos alam
semesta ini sealu dalm keadaan berubah , sesuatu yang dingin berubah menjadi
panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti kita hendak memahami
kehidupan kosmos, kita meati menyadari bahwa kehidupan kosmos itu dinamis.
Kosmos itu tidak pernah berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak
berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Itulah sebabnya
ia sampai pada kongkulasi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah baha (stuff)-nya seperti
yang dipertanyakan oleh para filosof yang pertama itu, melainkan prosesnya
(Warner, 1961:28). Penyataan “semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah
pernayatan yang sederhana. Implikasi pernyataan tersebut amat hebat. Dan tu
mengandung pengertian bahwa kebenaran seallau berubah, tidak tetap. Pengertian
adil pada hari ini belum tentu masih
benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 namun besok dapat juga bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar flsafat
sofisme. Menurut pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup
(seperti roh ) yang disebut sebagai logos ( akal atau semacam wahyu) . logos
inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup
manusia akan selamat sesuai dengan logos.
6.
Parmenides (540-475 SM) Parmenides lahir di kota
Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan, Arena. ia di lahirkan di Elea,
maka penganutnya disebut kaum Elea. Kebesarannya sama dengan kebesaran
Heraclitos. Ia lah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada
(being). Parmanides adalah salah seorang
tokoh relativusme yang penting. Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam
sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern.
Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti
Heraclitos, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata plato amat
menghargai metode parmenides itu. Dan Plato lebih banyak mengambil dari
Parmenides dibandingkan dengan dari filosof yang lain pendahulunya. Ia berpendapat
bahwa hanya pnegetahuan ynag tetap dan umum yang mengenai yang satu sajlaah
(pengetahuan budi) yang dapat dipercaya. Pengetahuan budi itulah yang dapat
dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia dengan realitas. sebab itu yang
merupakan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan
bermacammacam, melainkan yang tetap. Realitas bukanlah yang menjadi melainkan
ada. Hal ini berbeda dengan pendapat Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah
gerak dan perubahan. Dalam The way of Truth
Parmanides bertanya: Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas?
Bagaimana hal itu dapat dipahami? ia menjawab : ukurannya ialah logika yang
konsisten. Contoh. Ada 3 cara berfikir tentang Tuhan : pertama ada, kedua tidak
ada, dan ketiga ada dan tidak ada. Yang benar ialah ada (1) tidak mungkin
meyakini yang tidak ada (2) sebagai ada karena ayng tidak ada pastilah tidak
ada. Yang (3) tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus
tidak ada. Jadi, benar-tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Disinilah
muncul masalah. Bentuk ekstrem pernyataan itu adalah bahwa ukuran kebenaran
adalah akal manusia. Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang
menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang
tidak adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan
adalah hanyalah yang ada saja sedangkan yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.
Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi.
Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak ada, dan itu
tidak mungkin.yang ada dijadikan dan tidak dapat musnah.yang ada di segala
tempat, oleh karenanya tidak ada ruangan yang kosong , maka di luar yang ada
masih ada sesuatu yang lain.
7.
Zeno (± 490-430 SM) Zeno lahir di Elea , dan
murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan gigih mepertahankan ajaran
gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik sehingga kemudian hari
ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika. Menurut Aristoteles, Zeno lah
yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari
suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu
kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh
Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil,
sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah.
Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan gerak :
a.
Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagi hal yang tidak bergerak, karena
pada setiap saat panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu. Kemudian
dari tempat tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang lain dan
seterusnya.. memang dikatakan anak panah tersebut meleset hingga sampai pada
yang dituju, artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan
kumpulan pemberhentianpemberhentian anak panah.
b.
Achilles si jago lari yang termasyur dalam mitologi Yunanitdak dapat menang
melawan kura0kura, karena kura-kura berangat sebelum Achilles, sehingga
Achileslebih dahulu harus melewati atau mencapai titik dimana dimana kura-kura
berada pada saat ia berangkat.setelah Archles berada pada suatu titik,
kura-kura tersebut sudah lebih jauh lagi seterusnya sehingga jarak antara
Achiles dan kura-kura selalu berkurang akan tetapi idak pernah habis.
Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan orang secara
logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian
limit dari seri tak terhingga.
8.
Empedocles (490-435 SM ) Lahir di Akragos, Pulau
Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Ptagorean dan aliran keagamaan
refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan
pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi , seperti Parmenides. Dalam
bukunya tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa sebenarnya tak ada menjadi
dan hilang, ia mengikuti Parmenides. Adapun perbedaan dalam seluruh keadaan itu
tak lain adalah daripada campuran dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) :
air. Udara. Api, dan atnah. Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir
dari segala sesuatu. Prosese penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan
yang saling bertentangan, yaitu cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya
keempt unsur tersebut tersusun dalam keseimbangan, adapun bencilah yang
mencerai beraikan keseimabangan yang semula itu. Cinta lalu mengambil tindakan
dan mengembalikan yang semula.tetapi dicerai beraikan lagi oleh benci.
Penegtahuan tidak lain daripada proses pergabungan : karena tergabung dengan
tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air kta tahu akan air. Dengan
demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan benci selalu
menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut berlaku untuk
melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn manusia pun terdiri dari empat
unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal akan empat unsur. Hal ini
karena teori pnegenalan yang dikemukakan oleh Empedocles bahwa yang sama
mengenal yang sama.
9.
Anaxagoras (±499-20 SM ) Ia dilahirkan di kota
Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras
adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena , dimana dikemudia
hari Athena inlah menjadi pusat utana perkembangan filsafat yunani samapi abad
ke 2 SM. Pemikirannya, realitas bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari banyak
unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian dari
materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya
tidak terhingga. Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda
bentuknya saling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin
banyak atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak atom (atom yang
padat).yang disebut realitas seluruhnya adalah sebagai suatu campuran yang
mengandung semua benih-benih . di dalam tiap benda mengandung benih. Indera
kita tidak dapat melihat semua benih yang ada di dalamnya. Hanya bisa melihat
benih yang dominan. Misalnya, kita melihat emas ( yang telihat emas, karena
warna kuning yang dominan), walaupun benih-benih yang lain seperti perak, besi,
tembaga terdapat didalamnya. Pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang
dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya
penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros mengemukakan yang menyebabkan
benih-benih menjadi kosmos adalah nus, yang berarti roh atau rasio, tidak
tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Oleh karena
ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat
dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani.
10.
Democritos (460-370 SM) Ia lahir di kota Abdera
di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya
raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri –negeri
Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan
tentang bernacam-macam masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi,
logika, etika, teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang
sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang. Pemikirannya, bahwa
realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak
terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak dapt
dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu
dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak
berubah dan tidak berkualitas. Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu
bergerak, berarti harus ada ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat
bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa
realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat
atom bergerak (kosong). Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan,
yaitu pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada
dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan yang tidak
sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya adalah penglihatan, penciuman,
rasa”.
KESIMPULAN
Kelahiran
pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 sebelum Masehi, yang diawali
oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran
terhadap setiap gejala alam. Orang
Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau
dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan
sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam
alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan
tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi
keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan
keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka
menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang
menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya
perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna
menemukan suatu (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala. Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat
yunani ini lahir, yaitu:
a)Bangsa yunani
yang kaya akan mitos (dongeng).
b)Karya sastra
yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani.
c)Pengaruh
ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil.